Sejak abad ke-14, Makassar juga telah dikenal sebagai pelabuhan laut tersibuk di Nusantara, tempat dimana kapal-kapal dagang dari China, India, dan Kamboja melakukan transaksi komoditas sutera, teh, dan keramik yang ditukar dengan cengkeh, pala, dan mutiara dari Maluku serta dengan emas dan hasil hutan dari Sulawesi. Abad ke-16, ketika Eropa menemukan jalur pelayaran ke pulau rempah-rempah yang mereka cari selama ini, adalah bangsa Spanyol dan Portugis kemudian menjadikan Makassar sebagai pintu gerbang penting untuk menyimpan rempah-rempah sebelum mereka jual ke Eropa.
Sementara itu, di semenanjung selatan Sulawesi, kelompok etnis Bugis, Makassar, dan Mandar telah terkenal sejak dahulu karena kemahirannya berlayar di lautan dan membuat perahu pinisi yang cekatan menerjang ombak. Mereka juga berhasil mengembangkan hasil perikanan, pengolahan lahan pertanian untuk komoditas perdagangan. Selain hasil bumi, orang Sulawesi Selatan juga piawai menciptakan karya sastra yang diwariskan hingga sekarang. Epos berjudul “I la Galigo” adalah mahakarya yang telah diakui sebagai sastra Bugis yang mendunia. Di sini berkembang pula tarian yang anggun dimana penarinya mengenakan kostum sutra berwarna cerah dengan asesoris nan cantik.
Tahun 1667, melalui Perjanjian Bungaya, pedagang Belanda berhasil mengusir Portugis dan Spanyol dari Makassar untuk memonopoli pelabuhan ini dan melarang bangsa Eropa lain berdagang di Makassar. Belanda menghancurkan Benteng Ujung Pandang yang dibangun oleh Raja Gowa tahun 1545 kemudian menggantikannya dengan Benteng Rotterdam yang saat ini masih dapat Anda saksikan di Makassar. Sedangkan Raja Gowa diizinkan tinggal di Benteng Soba Opu. Banyak bangsawan Makassar menolak patuh kepada Belanda akibatnya mereka meninggalkan tanah kelahiran dan tinggal di Kalimantan, Pulau Riau, bahkan hingga ke Malaysia. Bahan, Sultan Selangor dan Johor adalah keturunan Bugis dari Kutai Kartanegara di Kalimantan Timur yang bermula dari Sulawesi Selatan.
Sementara itu, di semenanjung selatan Sulawesi, kelompok etnis Bugis, Makassar, dan Mandar telah terkenal sejak dahulu karena kemahirannya berlayar di lautan dan membuat perahu pinisi yang cekatan menerjang ombak. Mereka juga berhasil mengembangkan hasil perikanan, pengolahan lahan pertanian untuk komoditas perdagangan. Selain hasil bumi, orang Sulawesi Selatan juga piawai menciptakan karya sastra yang diwariskan hingga sekarang. Epos berjudul “I la Galigo” adalah mahakarya yang telah diakui sebagai sastra Bugis yang mendunia. Di sini berkembang pula tarian yang anggun dimana penarinya mengenakan kostum sutra berwarna cerah dengan asesoris nan cantik.
Tahun 1667, melalui Perjanjian Bungaya, pedagang Belanda berhasil mengusir Portugis dan Spanyol dari Makassar untuk memonopoli pelabuhan ini dan melarang bangsa Eropa lain berdagang di Makassar. Belanda menghancurkan Benteng Ujung Pandang yang dibangun oleh Raja Gowa tahun 1545 kemudian menggantikannya dengan Benteng Rotterdam yang saat ini masih dapat Anda saksikan di Makassar. Sedangkan Raja Gowa diizinkan tinggal di Benteng Soba Opu. Banyak bangsawan Makassar menolak patuh kepada Belanda akibatnya mereka meninggalkan tanah kelahiran dan tinggal di Kalimantan, Pulau Riau, bahkan hingga ke Malaysia. Bahan, Sultan Selangor dan Johor adalah keturunan Bugis dari Kutai Kartanegara di Kalimantan Timur yang bermula dari Sulawesi Selatan.
Makassar merupakan ibu kota Provinsi Sulawesi Selatan dan berada di tengah kepulauan Indonesia dengan penerbangan tersibuk di bagian timur. Bandar Udara Sultan Hassanudin saat ini adalah salah satu bandara termodern di Indonesia yang menghubungkan para pelancong dari Pulau Sumatera, Jawa, Bali, dan Kalimantan, serta sekitar Sulawesi sendiri. Sementara itu ke arah jauh di timur Indonesia menjadi lanjutan penerbangan dari dan ke Maluku dan Papua.
Terletak di jalur perdagangan yang sibuk di sepanjang Selat Makassar, Kota Makassar merupakan kota kosmopolitan yang sibuk, tempat bercampurnya beraneka ras dan etnik seperti Melayu, China, Eropa, Jawa, Bali, Ambon, Melanisia, dan yang lainya. Makassar juga kini menjadi kota pelajar atau kota pendidikan yang didatangi dari berbagai pulau di bagian timur Indonesia untuk menuntut ilmu di perguruan tinggi yang tersedia.
Beberapa tujuan wisata menarik yang ada di Kota Makassar, antara lain;
Wisata Alam
Wisata Bahari:
Wisata Sejarah:
Wisata Budaya:
Wisata Religi:
- Masjid Al Markaz Al Islami
- Masjid Raya Makassar
- Masjid Makmur Melayu
- Masjid Amirul Mukminin
- Gereja Katedral
- Klenteng Ma Tjo Poh
- Pisang Epe
- Pisang Ijo
- Coto Makassar
- Sup Konro
- Palumara
- Mie Titi