Masjid Makmur Melayu dibangun pada abad XVII oleh keturunan Khatib Tunggal Datuk Makmur atau Datuk Ribandang.
Ketika Perang Dunia II, masjid yang menjadi simbol pemersatu antara muslim Melayu dan Tionghoa ini dibom dan rata dengan tanah. Dengan bergotong royong, masyarakat kemudian membangunnya kembali dan berusaha untuk mempertahankan arsitektur awalnya.
Masjid Makmur Melayu dibangun pada abad XVII oleh keturunan Khatib Tunggal Datuk Makmur atau Datuk Ribandang. Seorang Ulama asal pantai barat Sumatera yang menyebarkan Islam di Sulawesi Selatan bersama dua rekannya, Khatib Sulung Datuk Sulaiman yang dikenal sebagai Datuk Patimang dan Syekh Nurdin Ariyani atau Datuk Di Tiro. Masjid ini dibangun di atas lokasi bekas Pesantren Khatib Tunggal Abdul Makmur.
Karena berada di tengah komunitas Tionghoa, arsitektur masjid Makmur Melayu pun mendapat sedikit sentuhan gaya bangunan Tiongkok. Oleh karenanya, Masjid Makmur Melayu tidak hanya diramaikan oleh jamaah ras Melayu, tetapi juga oleh orang Tionghoa yang telah memeluk Islam.
COMMENTS