Kami mengubur bayi di pohon ini sehingga angin bisa menghembus pergi jiwa mereka," jelas Stefan, seorang pemandu wisata di Tana Toraja yang dipublikasikan dalam artikel Life and Death in Tana Toraja, Indonesia oleh Transitions Abroad.
Kami mengubur bayi di pohon ini sehingga angin bisa menghembus pergi jiwa mereka," jelas Stefan, seorang pemandu wisata di Tana Toraja yang dipublikasikan dalam artikel Life and Death in Tana Toraja, Indonesia oleh Transitions Abroad.
Masyarakat Toraja mendunia karena tradisi pemakaman mereka yang unik. Suku Toraja menghargai arwah leluhur dan kerabat yang sudah pergi mendahului mereka. Karena itulah sebagian besar kematian disertai prosesi adat yang megah.
Jasad warga Toraja yang sudah meninggal ditempatkan di pusara khusus yang berlokasi di gua atau tebing. Sementara jasad anak-anak ditempatkan dalam peti, kemudian digantung di sisi tebing.
Namun jenazah bayi di Toraja dimakamkan dengan cara yang berbeda. Jenazah mereka disimpan pada batang pohon yang disebut tarra.
Passiliran Kambira dan Sarapung
Bayi-bayi Toraja yang meninggal sebelum tumbuh gigi dimakamkan di passiliran yang ada di desa Kambira dan Sarapung. Dilansir Tour Toraja, passiliran Kambira terletak 9 km dari kota Makale. Sementara Sarapung letaknya sekitar 300 m dari Kambira.
Passiliran bayi di Kambira dan Sarapung berupa satu pohon besar dan tinggi yang disebut tarra. Pohon ini memiliki diameter sekitar 80-120 cm. Pada batang pohon terdapat lubang-lubang kecil yang tersegel ijuk pohon enau.
Di dalamnya terdapat jenazah bayi yang disemayamkan tanpa sehelai benang pun.
Batang pohon pengganti rahim ibunda
Pemilihan pohon tarra sebagai pusara bukan tanpa alasan. Dilansir Perpustakaan Digital Budaya Indonesia, batang pohon tarra yang besar dianggap sebagai pengganti rahim ibu. Jadi dengan 'menanamkan' jenazah di dalam batang pohon, bayi yang sudah meninggal seperti dikembalikan ke kandungan ibunya.
Melalui cara ini, warga Toraja percaya bayi-bayi lain yang lahir kemudian akan terselamatkan dari takdir yang sama, yaitu kematian. Selain itu pohon tarra memiliki getah yang sangat banyak. Getah ini dimaksudkan sebagai pengganti air susu ibu.
Kasta menentukan posisi
Lubang-lubang tempat penguburan bayi di Kambira dan Sarapung dibuat searah dengan tempat tinggal keluarganya.
Uniknya, letak kuburan ditentukan oleh kasta keluarga mendiang. Semakin tinggi posisi keluarganya dalam masyarakat adat, maka semakin tinggi pula letak kuburannya di batang pohon.
Tak ada aroma busuk, tak pernah kehabisan tempat
Walaupun menjadi lokasi persemayaman jenazah selama bertahun-tahun, kuburan pohon tarra tak pernah mengeluarkan aroma busuk. Padahal lubang-lubang kuburan di pohon hanya ditutup dengan ijuk dan tali.
Selain itu, batang pohon tarra tak pernah kehabisan tempat untuk kuburan baru. Penduduk setempat percaya setiap lubang kuburan akan menutup dengan sendirinya daam jangka waktu 20 tahun. Jadi mereka tak perlu bingung mencari pohon baru untuk memakamkan jenazah bayi.
COMMENTS