Disebut Goa Mampu karena terletak di lereng pegunungan Mampu, Desa Cabbeng, Kecamatan Duaboccoe, Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan.
Terhembus cerita bahwa seorang putri cantik anak raja sedang menenun di atas rumah panggung miliknya. Namun, salah satu alat tenunnya terjatuh. Sang putri pun berkata bahwa siapa pun yang membantunya mengambil alat tenun tersebut maka akan dijadikannya suami.
Naas, anjing sang putri yang disebut Labolong melompat dan turun mengambil alat tenun tersebut dan membawakannya kepada sang putri. Lantaran perkataan sang putri telah telanjur diucapkan dan tak boleh dilanggar, maka sang putri harus menikahi anjingnya hingga membuat raja murka dan mengutuk perkampungan tersebut menjadi batu.
Itu memang hanya segenggam mitos tetapi keberadaan Goa Mampu bukanlah fatamorgana. Disebut Goa Mampu karena terletak di lereng pegunungan Mampu, Desa Cabbeng, Kecamatan Duaboccoe, Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan. Tetapi goa ini lebih dikenal dengan nama Goa Terkutuk lantaran di dalamnya terdapat banyak batu menyerupai makhluk hidup hingga gubuk dan peralatan tradisional lainnya. Bagi penduduk setempat, goa ini diyakini sebagai sebuah permukiman penduduk yang dikutuk menjadi batu oleh seorang raja yang berkuasa pada saat itu.
Saat memasuki goa ini, pengunjung terlebih dahulu harus membungkuk dan menemukan dua buah batu yang tergantung. Batu ini sebagai pintu gerbang. Keunikan dua batu yang tergantung ini yaitu memiliki bunyi yang berbeda jika dipukul. Ada yang nyaring seperti besi serta ada yang suaranya biasa sebagaimana layaknya batu biasa yang dipukul. Terdapat pula batu yang menyerupai hamparan persawahan, sebuah kapal, dan sejumlah binatang yang menyerupai buaya, kuda, tikus, serta burung yang bertengger, serta sebuah gubuk berkuran 3 meter.
Goa ini juga dihuni oleh ribuan kelelawar dan burung walet yang bergelantungan dan bersarang di atasnya. Di ujung lorong goa ini terdapat dua buah batu yang ujungnya saling berhadapan, yang satunya bergelantungan dari atap goa. Batu ini dikenal dengan batu pedoman. Warga setempat menjadikan batu ini sebagai pertanda alam. Jika tiap-tiap ujung dari batu saling bersentuhan, diyakini akan terjadi bencana alam yang menimpa perkampungan setempat.
COMMENTS