Ingin mempelajari budaya dan sejarah Kerajaan Gowa dan Kerajaan Tallo? Datanglah ke Museum Karaeng Pattingalloang yang berada di perbatas...
Ingin mempelajari budaya dan sejarah Kerajaan Gowa dan Kerajaan Tallo? Datanglah ke Museum Karaeng Pattingalloang yang berada di perbatasan Gowa dan kota Makassar.
Barangkali hal pertama yang tersirat di pikiran Anda adalah nama museum ini “Museum Karaeng Pattingalloang”. Ya, Karaeng Pattingalloang adalah putra Raja Tallo VI yang lahir dari Permaisuri I Wara’ Karaeng Lempangang. Pada umur 18 tahun, Karaeng Pattingalloang telah menguasai beberapa bahasa asing seperti Portugis, Spanyol, Latin, Inggris, Perancis, Belanda, Cina dan Arab. Sedangkan bahasa lokal yang dikuasai adalah Makassar, Bugis, Mandar, Jawa dan Melayu. Kepiawaiannya inilah yang membuat Gowa menjadi negara yang kuat pada masa itu. Selain mengerti banyak bahasa, Karaeng Pattingalloang juga cukup mengetahui rahasia ilmu barat, mempelajari sejarah kerajaan-kerajaan Eropa dan mahir ilmu matematika. Ia juga menimba ilmu technical inovation Europe dan menjadi orang Asia Tenggara pertama yang menyadari pentingnya ilmu-ilmu terapan.
Sementara itu Museum Karaeng Pattingalloang dibangun pada area seluas 600 meter persegi. Bangunan museumnya menggunakan konsep rumah panggung dengan gaya atap yang menarik. Koleksi museum yang terdiri dari dua lantai ini cukup banyak, semuanya memberikan pengetahuan kepada kita tentang keberadaan Gowa pada masa lampau. Di lantai satu kita akan melihat berbagai objek hasil ekskavasi yang dulu menjadi elemen penting bagi keberadaan Benteng Somba Opu.
Kita juga bisa menjumpai berbagai peninggalan manusia Gowa dahulu seperti lempeng tanah liat yang digunakan sebagai instrumen untuk menentukan hari yang baik untuk berbagai perhelatan seperti pernikahan. Di sudut yang lain, terpampang koleksi peninggalan perang Makassar ketika Kerajaan Gowa digempur VOC pada ahun 1666 – 1669.
Koleksi yang berbeda akan kita lihat di lantai dua. Disini barang-barang yang dipamerkan sebagian besar adalah tembikar atau gerabah serta keramik yang ditemukan ketika Arkeolog, Dr. Muchtar Paeni melakukan ekskavasi di sekitar situs Somba Opu sejak tahun 1989. Di halaman museum yang sudah berdiri selama 22 tahun ini terdapat meriam hasil rekonstruksi H. Muchatar Ibrahim Daeng Naba, seorang siswa SMK Pembangunan.
Museum Karaeng Pattingalloang biasanya ramai dikunjungi pada akhir pekan yakni Sabtu dan Minggi. Tidak hanya wisatawan domestik yang mengagumi berbagai koleksi museum ini tetapi juga para turis asing.
Museum yang berada di kawasan Taman Miniatur Sulawesi Selatan atau yang sering disebut kawasan Somba Opu ini hanya berjarak 7 km dari pusat kota Makassar. Sangat mudah diakses oleh mereka yang sedang berlibur di kota angin mamiri.
COMMENTS