Berawal dari Cinta, Jejak Pinisi di Museum La Galigo

SHARE:

Terletak di dalam Fort Rotterdam, Makassar, Museum La Galigo menyimpan sejarah kebudayaan Makassar mulai dari kain tenun, miniatur rumah adat, mahkota raja, dan artefak lainnya.


Sekitar abad ke-14, untuk pertama kalinya Sawerigading, sang putra mahkota Kerajaan Luwu (Sulawesi Selatan) membuat perahu pinisi. Bahan untuk membuat perahu tersebut diambil dari pohon welengreng (pohon dewata) yang sangat terkenal sangat kokoh dan tidak mudah rapuh.

Agar "penunggu" pohon bersedia pindah ke pohon lainnya, terlebih dahulu diadakan upacara khusus sebelum pohon itu ditebang. Sawerigading membuat perahu tersebut untuk berlayar menuju negeri Tiongkok yang bertujuan meminang sang putri bernama We Cudai. Begitu sepenggal sejarah transportasi laut masyarakat Bugis menurut naskah lontara I Babad Lagaligo.

Terletak di dalam Fort Rotterdam, Makassar, Museum La Galigo menyimpan sejarah kebudayaan Makassar mulai dari kain tenun, miniatur rumah adat, mahkota raja, dan artefak lainnya. Nama museum diambil dari La Galigo, karya sastra klasik dunia yang besar dan terkenal ini merupakan hasil saran dari para cendikiawan dan budayawan.

Naskah ini mengandung nilai-nilai luhur, pedoman ideal bagi tata kelakuan, dan dalam kehidupan nyata yang dipandang luhur dan suci. Serta menjadi penuntun hidup masyarakat Sulawesi Selatan pada masa itu. Begitu pun dengan sejarah pinisi tercatat di dalam naskah tersebut.

Di sudut ruang lantai dua, miniatur pinisi bersandar di atas meja pameran. Perahu berwarna putih lengkap dengan dua tiang layar. Warna latar belakang biru langit dan laut mendominasi.

Sementara sambil melihat-lihat, sang pemandu museum bersemangat untuk menjelaskan asal-usul perahu kebanggaan yang telah melanglang buana ke Asia, Afrika maupun Australia. Sekitar tahun 1986, perahu pinisi pernah berlayar menuju Vancouver, Kanada dalam rangka "Ekspedisi Phinisi Nusantara".

"Sejarah kejayaan pinisi kembali setelah beberapa ekspedisi yang dilakukan, seperti Ekspedisi Amana Gappa menuju Madagaskar," kata Rusli (40), pemandu museum kepada KompasTravel, Rabu (11/2/2015).

Pria kelahiran Makassar tersebut mengatakan bahwa, perahu pinisi terbuat dari kayu besi, ulin, pude, jati, dan bayam. Setiap jenis kayu berbeda fungsinya, misalnya kayu besi, ulin, dan pude biasanya digunakan untuk membuat lunas (kalibiseang) atau bagian perahu yang bersentuhan dengan air laut.

Sementara kayu jati dan bayam digunakan untuk membuat kamar dan peralatan lainnya yang tidak langsung dengan air laut. Kayu-kayu komponen perahu tersebut direkatkan menggunakan benang nilon, serutan bambu, kulit kayu, dan dempul yang terbuat dari serbuk gergaji dan lem.

"Namun zaman dahulu, dempul terbuat dari kapur yang dicampur dengan minyak kelapa," kata Rusli.

Dari keterangan koleksi museum, para panrita lopi, sebutan untuk ahli pembuat perahu, selalu memperhitungkan hari baik untuk memulai pencarian kayu sebagai bahan baku. Hari baik yang dipilih biasanya jatuh pada hari kelima dan ketujuh pada bulan yang berjalan.

Bukan tanpa maksud, Rusli mengatakan bahwa angka tersebut memiliki filosofi berdasarkan arti dalam Bahasa Makassar. Angka lima (naparilimai dalle’na) berarti rezeki sudah di tangan, sedangkan angka tujuh (natujuangngi dalle’na) berarti selalu dapat rezeki.

Di samping miniatur pinisi yang tersudut di pojok ruangan, lukisan pinisi sedang berlayar melintang gagah. Ombak ganas menyapu badan perahu. Layar masih tetap terkembang. Perahu terlihat terombang-ambing.

Seperti tergambar dalam buku "Ekspedisi Phinisi Nusantara: Pelayaran 69 Hari Mengarungi Samudra Pasifik" karya wartawan Kompas, Pius Caro, dikisahkan bahwa sang nakhoda, Gita Arjakusuma sempat ragu ketika pinisi dihempas ombak, gelombang, dan angin ribut selama kurang lebih tujuh jam.

Dia bertanya kepada Mappagau, sang juru kemudi yang merupakan pelaut ulung dari Tana Beru, Bulukumba, Sulawesi Selatan, “Pak Mappa, kira-kira kuat enggak perahu kita menghadapi keadaan ini terus menerus?”

Rasa haus akan informasi tentang pinisi setidaknya berkurang sedikit ketika berkunjung ke museum dulunya pernah menjadi tempat tinggal Laksamana Cornelis Speelman pada masa Hindia Belanda. Untuk mengunjungi museum ini, harga tiket masuk dikenakan sebesar Rp 5.000 untuk orang dewasa dan Rp 3.000 untuk anak-anak. Sementara museum buka dari hari Senin-Minggu mulai pukul 08.00–15.00 WITA. Museum ini berlokasi di Jalan Ujung Pandang Nomor 2, Makassar, sekitar 1 kilometer dari Anjungan Pantai Losari. Sumber

COMMENTS

Name

407 Makassar,1,Aneka Wisata,18,Artikel,10,Bantaeng,1,Barru,7,Berita,22,Bone,3,Bulukumba,12,destinasi wisata,1,Enrekang,2,Event,19,Event April 2015,1,Event Desember 2014,3,Event Januari 2015,1,Event Maret 2015,3,Event Mei 2015,3,Event Oktober 2014,1,Event September 2015,1,Foto,4,Galesong,3,Gowa,17,Hotel,4,industri kreatif makassar,2,Jeneponto,2,Kuliner,2,Lingkar Kreatif,3,Luwu,1,Luwu Timur,7,Luwu Utara,3,Makassar,47,makassar kreatif,4,Maros,9,Palopo,1,Pangkep,11,Parepare,4,Permainan Tradisional,1,Persona,1,Pinrang,1,Promo,1,Sejarah,1,Selayar,10,Sidrap,1,Sinjai,6,Soppeng,3,Sorowako,1,Sosial Budaya,1,Sunset,1,Takalar,6,Tana Toraja,4,Tarian,1,Tips,4,Tips Wisata,63,Toraja,3,Toraja Utara,1,umkm,1,Wajo,2,Wisata,151,Wisata Alam,49,Wisata Bahari,34,Wisata Budaya,17,Wisata Kuliner,23,Wisata Lainnya,4,Wisata Magis,3,Wisata Pantai,3,Wisata Religi,7,Wisata Sejarah,20,Wista,2,
ltr
item
Makassar Guide - Panduan Wisata Sulawesi Selatan: Berawal dari Cinta, Jejak Pinisi di Museum La Galigo
Berawal dari Cinta, Jejak Pinisi di Museum La Galigo
Terletak di dalam Fort Rotterdam, Makassar, Museum La Galigo menyimpan sejarah kebudayaan Makassar mulai dari kain tenun, miniatur rumah adat, mahkota raja, dan artefak lainnya.
https://3.bp.blogspot.com/-7QfnVa794RA/VO6q9YkwGdI/AAAAAAAABDo/A67liuQfqYs/s1600/Berawal%2Bdari%2BCinta%2C%2BJejak%2BPinisi%2Bdi%2BMuseum%2BLa%2BGaligo.jpeg
https://3.bp.blogspot.com/-7QfnVa794RA/VO6q9YkwGdI/AAAAAAAABDo/A67liuQfqYs/s72-c/Berawal%2Bdari%2BCinta%2C%2BJejak%2BPinisi%2Bdi%2BMuseum%2BLa%2BGaligo.jpeg
Makassar Guide - Panduan Wisata Sulawesi Selatan
https://www.makassarguide.com/2015/02/berawal-dari-cinta-jejak-pinisi-di.html
https://www.makassarguide.com/
https://www.makassarguide.com/
https://www.makassarguide.com/2015/02/berawal-dari-cinta-jejak-pinisi-di.html
true
8219378423129597879
UTF-8
Loaded All Posts Not found any posts VIEW ALL Readmore Reply Cancel reply Delete By Home PAGES POSTS View All RECOMMENDED FOR YOU LABEL ARCHIVE SEARCH ALL POSTS Not found any post match with your request Back Home Sunday Monday Tuesday Wednesday Thursday Friday Saturday Sun Mon Tue Wed Thu Fri Sat January February March April May June July August September October November December Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec just now 1 minute ago $$1$$ minutes ago 1 hour ago $$1$$ hours ago Yesterday $$1$$ days ago $$1$$ weeks ago more than 5 weeks ago Followers Follow THIS PREMIUM CONTENT IS LOCKED STEP 1: Share to a social network STEP 2: Click the link on your social network Copy All Code Select All Code All codes were copied to your clipboard Can not copy the codes / texts, please press [CTRL]+[C] (or CMD+C with Mac) to copy Table of Content