Angngaru adalah ikrar yang diucapkan orang-orang Gowa dulu. Biasanya diucapkan oleh abdi raja kepada rajanya, atau sebaliknya, oleh raja kepada rakyatnya.
Aru (sumpah) atau angngaru (bersumpah) adalah ikrar yang diucapkan orang-orang Gowa dulu. Biasanya diucapkan oleh abdi raja kepada rajanya, atau sebaliknya, oleh raja kepada rakyatnya. Aru dipercayai mengandung nilai magis dan religius. Makanya, Aru harus diungkapkan dengan sungguh-sungguh dan harus dilaksanakan pula dengan sungguh-sungguh.
Pada saat tampil di hadapan Sombayya (Raja/Pemerintah), tubarani yang akan angngaru mengambil posisi berlutut dengan posisi badan tegap, tangan kanan memegang badik yang terhunus, dan wajah yang menatap ke arah depan dengan penuh kemantapan dan keyakinan hati, sebagai tanda atas kesetiaan kepada Sombayya.
Pada masa peperangan, para prajurit yang akan berangkat ke medan perang, terlebih dahulu mengucapkan sumpah aru (sumpah setia) di depan Sombayya. Dia akan berjuang untuk mempertahankan wilayah kerajaan, membela kebenaran, dan tak akan mundur selangkah pun sebelum melangkahi mayat musuhnya. Pada saat mengucapkan aru, dapat membakar semangat juang prajurit, menumbuhkan jiwa patriotik di kalangan laskar prajurit.
Di masa damai, dalam tradisi pemerintahan Kerajaan Gowa, para pejabat kerajaan yang baru diangkat, sebelum melaksanakan tugasnya, terlebih dahulu mengucapkan aru di hadapan Sombayya ri Gowa, bahwa dia akan bekerja bersungguh-sungguh dalam melaksanakan tugas-tugas pemerintahan kerajaan dan menjungjung tinggi kemuliaan raja. Aru yang diucapkan itu pula merupakan dorongan atau motivasi untuk mewujudkan cita-cita dalam membangun kerajaan.
Pada masa sekarang, angngaru sering digunakan dalam berbagai kegiatan, seperti upacara adat kegiatan pemerintahan, maupun penyambutan tamu-tamu kehormatan.
COMMENTS